5 Langkah Penenang Jiwa yang Dilanda Rasa Kecewa

penenang rasa kecewa

Tahun 2017 sudah memasuki hari ke-23. Mungkin ada di antara kalian yang bertanya-tanya, kenapa aku belum ngeblog lagi sejak akhir tahun lalu? Jawabannya... aku juga nggak tahu secara pasti. Tapi awal tahun ini terasa sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Baru sekitar 3 minggu menjalani tahun yang baru, perasaanku udah naik-turun banget kayak roller coaster. Literally, naik-turunnya emang ekstrim nggak karuan.

Kayak gimana sih emangnya?

Jadi di awal tahun ini, aku mengalami rasa kecewa yang amat sangat mendalam. Bisa dibilang, aku udah terlalu bergantung sama sesuatu yang belum pasti jadi rejekiku. Tiba saatnya aku menerima jawaban, ternyata aku nggak dapet jawaban pasti. Lama nunggu jawaban yang pasti, ternyata aku dipersilahkan untuk nggak berharap lagi. Lebih sakit lagi, cara penyampainnya tuh seakan-akan kayak... "BHAY INI BUKAN BUAT LO!"

AAAAAAAAAAARGH. Damn it. It hurts.

Sempet beberapa hari aku mikir, ini kenapa kok bisa sampe gini? Sedih? Iya. Banget malah. Tapi yaudah deh mau gimana lagi. Aku harus berdamai dan mencari langkah penenang jiwa yang dilanda rasa kecewa. Begitu juga dengan kalian yang mungkin mengalami masalah yang sama dengan apa yang aku alami di awal tahun baru ini. Jadi, apa aja langkah-langkahnya?

1. Jangan diambil hati

Kenapa nggak boleh diambil hati? Karena ujung-ujungnya kita hanya semakin terpuruk dalam perasaan kalut dan makin galau bahasa kekiniannya. Kita tahu perasaan kecewa itu sudah kronis saat kita mulai terlalu sering menyalahkan keadaan dan diri kita sendiri. Gara-gara inilah, gara-gara itulah, makin lama makin parah. Saat udah parah, kita merasa bahwa berharap itu nggak ada gunanya lagi dan akhirnya menyerah.

Kecewa adalah satu dari banyak bentuk emosi yang kita rasakan. Saat kita merasa kecewa, ada baiknya kita mengambil waktu untuk berpikir lebih jernih sebelum memutuskan untuk melakukan langkah berikutnya. Bisa jadi hanya dalam waktu beberapa jam atau bahkan berhari-hari. Ijinkanlah hati kita dan pikiran kita untuk merasakannya dan terbiasa dengan rasa kecewa.

2. Lihat dari sudut pandang lain

Saat kita dikecewakan oleh suatu hal, biasanya reaksi kita adalah menyalahkan keadaan. Rasa kecewa memang tergolong dalam bentuk emosi negatif karena apa yang terjadi nggak sesuai ekspektasi. Kepala tuh rasanya udah nge-block kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa jadi hikmah dari kejadian ini.
Saat yang aku harapkan ternyata nggak bisa aku dapatkan, aku biasa nulis pro dan kontra dari situasi yang aku alami. Pasti ada celah keuntungan yang bisa kita manfaatkan dari sana. Kalau kita nggak dapet A, mungkin kita akan dapet B-Z. Bisa jadi waktunya bukan sekarang. Rasa kecewa itu bagian dari proses pembelajaran. Kalau nggak mau larut di dalamnya, paksa hati dan akal sehat kita untuk melihat kemungkinan yang lain.

3. Introspeksi diri

Sering kali saat aku merasa kecewa, aku langsung menuduh pihak pemberi harapan yang jadi biang keroknya. Padahal bisa jadi itu karena sikapku sendiri. Seperti yang sudah aku jelaskan di poin 1 dan 2, we tend to blame the situation. That's right. Tapi bukan berarti hal itu haram dilakukan. Menyalahkan keadaan itu manusiawi banget kok. Tinggal gimana cara kita nge-handle perasaan kecewa itu sendiri.


Introspeksi diri tidak bisa diartikan dengan berubah menjadi sesuatu yang bukan diri kita. Proses introspeksi kita lakukan untuk memperbaiki diri dan berubah ke arah yang lebih baik. We can still be ourselves. Just make it sure that we understand what to do in where we are. Introspeksi bisa membuat kita lebih baik dalam memposisikan diri dalam situasi-situasi tertentu, membuat kita lebih menghargai dan dihargai oleh orang lain.

4. Mencoba kembali pada kesempatan lain

Kita tahu kita sembuh dan bangkit dari rasa kecewa saat kita mencoba lagi. Tandanya rasa kecewa sudah kita tempatkan di masa lalu and hello brighter future! Bukan berarti kita benar-benar sudah melupakan rasa kecewa itu, hanya saja kita sudah melaluinya dan belajar darinya. Kita belajar untuk tidak ambil hati karenanya, mencoba untuk melihat kemungkinan-kemungkinan positif lain, dan mengoreksi kesalahan dengan berintrospeksi. 

Dengan mencoba kembali, kita membuktikan (setidaknya kepada diri sendiri) bahwa kita termasuk pribadi yang kuat dan percaya bahwa Tuhan telah merencanakan yang terbaik untuk kita.

5. Do more, expect less

Kita sudah mencoba untuk kembali memanfaatkan kesempatan yang datang untuk ke-sekian kalinya. Lalu, apa yang harus kita lakukan berikutnya?

Pasrah.

Pasrah tidak sama dengan menyerah. Menyerah biasa terjadi sebelum kita mulai berusaha kembali. Lain halnya dengan pasrah. Pasrah berarti membiarkan Tuhan bekerja dengan caranya setelah kita berusaha keras untuk mencapai keinginan kita. Kalau sudah pasrah dan ternyata masih belum jadi milik kita, setidaknya perasaan kecewa bisa lebih cepat teratasi. Because we feel nothing to lose

"To deal with disappointment, we have to accept it and learn from it"

Merasakan kekecewaan tidak lantas membuat kita jadi pribadi yang pesimis. Rasa kecewa yang pernah kita alami membuat kita lebih berhati-hati akan harapan-harapan yang kita tinggikan sendiri. Jangan sampai rasa kecewa menelangsakan hidup kita. Pikiran yang sehat adalah bagian dari hidup yang lebih bersemangat.

So, let's be positive and see you on the next post! Au revoir!

Post a Comment

22 Comments

Prananingrum said…
iya mbak sangat menenangkan mbak postingannya...lam kenal
Nova Violita said…
Intinya...jangan baperan dan negatif thinking... 😉
Hanifa said…
Terima kasih Mbak atas apresiasinya. Salam kenal ;)
Hanifa said…
Betul Mbak 😉
Jilbab said…
sangat bagus nih postingannya mbak.... intinya juga harus selalu positif thinking dengan suatu hal apapun...
Unknown said…
keren mbak.. bikin hati adem
Efi Fitriyyah said…
Aku pun pernah kecewa menghadapi kenyataan tapi lama-lama berkubang di sana malah makin kelelep. Semangat terus Mbak, keep on moving.
Ms Mushroom said…
banyakin piknik, makan makanan enak dan lakukan sesuatu yang menyenangkan, seperti main game, main sama anak, main sama ponakan atau curhat di blog, hahaha
Herva Yulyanti said…
betul mba jangan diambil hati itu adalah kuncinya alias jangan baperan ya
salam kenal mba ^^
inezdiva said…
postingan ini malah nyemangatin aku lagi, makasih mbakk

www.extraodiary.com
erny's journal said…
Setuju banget sama poin terakhir. Do more expect less. Aku uda mempraktekkan ini beberapa waktu terakhir dan itu sangat mwmbantuku untuk lebih sabar dalam kondisi apapun serta berpikir jernih. Nice sharing!
Hanifa said…
Betul.. InsyaAllah semua bisa teratasi :')
Hanifa said…
Ayo kita berdiri Mbak, jangan sampe kelelep! Hehehe.

Thank you for supporting :')
Hanifa said…
Mbaaaaaaaak ajakin aku pikniiiiiiiik D:
Hanifa said…
Baper gapapa tapi terkendali Mbak :D

Salam kenal jugaaaa \o/
Hanifa said…
Sama-sama Mbaaaaak :D
Hanifa said…
Aku sendiri masih proses Mbak. Semoga makin bisa praktekin dan lebih selow bawaannya. Thank you Mbaaak :D
adeuny said…
semoga bisa nerapin ya biar engga emosian.. hikz
Hanifa said…
Semangaaaaaat nggak ada yang mustahil :')
Justru kalau kecewa emang kudu introspeksi dan yakin insyaAllah ada kesempatan yg lbh baik lagi ya mbak? Well noted. Catatan yang adem banget menjelang wiken :)
Hanifa said…
Makasih banyak atas apresiasinya Maaak. Ini buat reminder saya juga sih sebenernya :')