Typical question that I will always put at the beginning of a post after long time hiatus.
Udah lama banget ya ternyata ngga update blog ini? Selama ini ngapain aja sih sebenernya? Kok kayak udah ngga ada keinginan buat update rutin di blog sih? Sebenernya itu pertanyaan-pertanyaan yang sering aku tanyakan ke diriku sendiri. Sejak ter-PHK lebih dari 3 tahun yang lalu, kayanya keinginan berkarya malah semakin redup. Entah karena jadi lebih sering questioning kemampuan diri atau murni males aja, yang jelas masih bisa bekerja freelance, ngumpul sama teman, dan menikmati hari-hari yang banyak nganggurnya aja udah bersyukur banget.
Banyak hal yang pengen banget saya ceritakan di sini. Mulai dari cara saya melewati tekanan sebagai pengangguran, putus cinta pada umur 30an setelah 10 tahun pacaran, sampe persiapan pernikahan dengan sosok yang tak pernah saya sangka, semua pengen saya ceritakan di sini. Tapi nanti deh ya, saya coba buat plan konten blognya dulu. InsyaAllah saya niatin deh kali ini. Sekalian pengen belajar ngeblog dan SEO lagi buat bekal karir masa depan.
Tentang pernikahan, saya nggak pernah nyangka bahwa akhirnya akan masuk di fase ini, sebuah babak baru yang saya anggap sebagai garis start menjadi pribadi yang lebih mandiri dan disiplin. Ada banyak hal yang masih jauh dari kata sempurna. Kemandirian pun masih belum begitu terbentuk karena saya dan suami masih tinggal bersama orang tua. Keputusan untuk menikah tidak dibuat atas dasar "ingin" saja, melainkan karena merasa sudah waktunya.
Sempat terbesit di pikiran saya, kami belum mapan dan sama-sama sedang membangun mimpi dari awal. Apakah harus menunda ya? Lalu saya ingat, dulu saya pernah menoleransi penundaan dengan menunggu dan tetap membersamai. Ternyata malah tidak ada kesiapan sama sekali karena memang tidak diusahakan untuk siap. Dengan modal pembelajaran yang terdahulu dan apa yang dipunya saat ini, saya dan suami melangkah yakin ke jenjang pernikahan setelah pacaran setahunan dan bertunangan kurang lebih 1,5 bulan.
Persiapan pernikahan kami lakukan sendiri dengan bantuan teman-teman dan keluarga. Tidak ada WO dan banyak elemen yang kami eliminasi, seperti dekorasi, MC, entertainment, sound, seragam, undangan fisik, dan lain-lain. Sudah dieliminasi pun, masih ada beberapa hal yang menjadi tantangan kami. Cukup nge-trigger saya dan suami, tapi pada akhirnya yaaa sudahlah mau gimana lagi.
Terlepas dari berbagai tantangan tersebut, ada banyak berkah kemudahan yang kami rasakan. Beberapa kemudahan tersebut terasa mulai dari saat saya mendaftarkan pernikahan di KUA. Berkas-berkas masih banyak yang belum lengkap, tapi ternyata sudah bisa daftar asal sudah ada surat pengantar dari kelurahan. Alhamdulillah, tanggal dan jam pun langsung secured tanpa kendala berarti. Persyaratan pun satu per satu dengan mudah kami penuhi.
Selain proses pemberkasan, reservasi venue makan siang pun sempat menjadi tantangan tersendiri. Awalnya aman, hanya kami yang booking pada tanggal pernikahan. Selang beberapa waktu kemudian, kami dikabari ada event lain yang juga ikut membersamai, sehingga kami diminta untuk mengantisipasi penuhnya venue karena undangan kami akan bercampur dengan tamu lain. Saat hari H, Alhamdulillah, ternyata undangan event lain baru mulai makan siang setelah tamu kami selesai makan.
Terkait seragam pun sempat ada kendala. Saya awalnya sudah membeli dress yang sekiranya akan menjadi wedding dress saya di hari pernikahan. Namun saya berubah pikiran saat H-7. Dress yang sebelumnya sudah saya beli, sepertinya terasa "kurang" jika dikenakan sebagai wedding dress. Lalu saya putuskan untuk membeli dress lain, yang saya antisipasi kedatangannya kurang lebih H-2 hari, dengan kondisi yang mungkin belum dicuci saat dipakai hari H pernikahan. Ternyata dress tersebut datang sesuai perkiraan dan sempat saya cuci terlebih dulu sebelum dikenakan.
Tantangan-tantangan tersebut hanya beberapa dari banyaknya kemudahan yang saya dan suami lalui saat kami mempersiapkan pernikahan. Saya sempat ragu dengan kemampuan kami, terlebih saya pernah tidak dipercaya oleh seseorang untuk membantu acara yang di-arrange-nya. Namun dengan keyakinan bahwa ini adalah project sekali seumur hidup yang InsyaAllah bisa saya dan suami wujudkan, kami coba lalui prosesnya bersama-sama dengan terus saling mendukung satu sama lain. Alhamdulillah, semua berjalan dengan baik dan InsyaAllah lancar, termasuk proses pindahan kami berdua.
InsyaAllah setelah ini akan ada lebih banyak exciting project yang kami bangun berdua. Amin!
Post a Comment