Polusi Asumsi yang Bikin Rendah Diri

cara mengurangi rasa rendah diri

Kemarin sore saya merasa gelisah mengenai satu hal yang jarang saya alami di kantor. Ada sedikit masalah yang berkenaan dengan kebijakan, tetapi saat saya terapkan malah jadi ribet dan menyulitkan. Saya sadar bahwa untuk disiplin dalam menaati peraturan butuh proses dan bisa jadi bukan sesuatu yang mudah saat dijalankan. Wajar bila di tengah jalan tiba-tiba kita menemukan kesulitan yang memerlukan bantuan orang lain dalam penyelesaiannya.

Hanya saja ada satu hal yang bikin saya rendah diri, yaitu ketika orang lain menilai rendah tantangan yang saya alami dan mulai membandingkannya dengan masalah orang lain. Like, for them, it wasn’t even a problem. Pada akhirnya ini hal yang membuat saya lebih baik mencoba cari jalan keluarnya sendiri or at least it doesn’t need to be public. Jujur aja, malu banget rasanya.

Baca juga: Am I That Picky Millenial When It Comes to Career?

Lalu timbul pertanyaan-pertanyaan yang kerap muncul di pikiran seorang overthinker seperti saya, seperti “Did I look stupid? So it doesn’t matter that I feel this way? Why did I even ask about this shit?”. Lagi-lagi pikiran saya dipaksa berproses untuk memilah mana yang masuk akal dan mana yang terlalu berlebihan. It was such an exhausting process and I don’t want to have this kind of feeling anymore. Namun pasti ada kalanya ini akan terjadi lagi and what I can do is just deal with it.

It’s easy for other people to say “deal with it” when they have never been in our shoes. Iya kan? Pasti gampang bagi mereka yang nggak pernah ngalamin hal yang sama untuk ngomong gitu. Tapi buat kita yang lagi struggle untuk keluar dari keramaian pikiran yang penuh dengan polusi asumsi, dealing with this situation will never be easy.

Baca juga: Menelaah Kembali Arti dari Kesuksesan

Ah, emang nggak mudah untuk bisa hidup dengan mudah. Pada akhirnya, langkah yang bisa kita lakukan adalah mengusahakan yang terbaik untuk bisa lebih peka kepada diri sendiri. Peka untuk lebih berhati-hati saat sudah terlalu terlena dengan segala macam opini yang menjatuhkan dan berusaha meyakinkan diri untuk bangkit kembali. Tidak semudah yang saya tuliskan di konklusi ini, tapi InsyaAllah bisa selalu jadi pengingat saat merasa kecil hati.

Post a Comment

12 Comments

Eryvia maronie said…
Pengen bilang "jangan berkecil hati" tapi pasti klise banget ya.
Intinya, wajar aja kadang kita merasa kecil hati. Asal jangan setiap kali menemui kegagalan, lantas berkecil hati.
Ranny said…
Siniii mbaak duduk jejeran hehehe saya kadang juga gitu. Betul banget emang mudah sih ya ngomong<< saya pernah ada di fase itu. Yang saya lakukan sekarang mengurangi ekspektasi terus afirmasi diri, selama ini saya suka : emang ngefek gitu afirmasi? Tapi ternyata dijalani benar-benar ngefek.
Semangaaat ya, mbak.
Eri Udiyawati said…
Pernah mengalami hal seperti itu di kantor. Ya, kadang apa yang kita terima, ada saja yang bilang ah, itu mudah, dibandingkan aku yang bla bla. Padahal, kita sama-sama memiliki tanggungjawab yang berat.

Semoga rasa yang membuat polusi itu, segera pergi ya, karena kalau dibiarkan gak bagus, bikin minder terus.
Dee_Arif said…
wah iya, benar juga mbak
aku baru tahu istilah polusi asumsi
hmmm memang kadang rasa rendah diri itu muncul ya mbak, tapi g boleh dibiarkan. Kita harus bangga dgn diri kita sendiri
Efi Fitriyyah said…
Hmmm Mak, aku ga tau masalah apa yang lagi dirimu hadapi. Semoga bisa lekas beradaptasi ya. Aku serasa ketampar nih karena pernah mikir ah gammpang itu mah padahal buat orang lain belum tentu. Padahal hal sebaliknya juga aku kadang pernah mikir "ini gimana sih? susah tau"
Dewi Rieka said…
Iya, kadang susahnya curhat dengan orang lain kalau mereja bahkan tidak mengerti apa yang kita rasakan ya...karena mereka tidak sedang memakai sepatu kita...
lianny said…
Yup, kadang org tidak mengerti, tidak paham, tidak merasakan apa yg kita alami krn mereka tidak mengalami hal yg sama. Mereka tidak berada di posisi kita. Hanya melihat pasti akan berbeda keadaannya dengan saat mengalami sendiri, ya.
Nathalia DP said…
Ada aja ya yang suka meremehkan tantangan orang lain... Kalau saya malah sebaliknya, suka mikir "seandainya saya ada di posisi dia bakal sanggup engga ya..."
lendyagasshi said…
Kalau sudah terjebak dengan sebuah mindset itu memang butuh waktu banget yaa, kak..
Untuk merenung dan mengembalikan kepercayaan diri. Pasti setiap orang pernah banget merasakan hal ini, karena pengaruh dari macam-macam.

Aku biasanya cukup diam.
Hari itu, aku maunya menghadiahi diriku sendiri dengan menuruti semua yang diinginkan. Semacam reward dan penghargaan untuk sudah menjalani hari yang terbaik setiap hari.
Setuju mba, hidup ini memang ga mudah, apalagi dari setiap proses yang dijalani ya.
Wiwied Widya said…
Hmmmm gimana ya, kita juga nggak bisa mengatur opini orang lain sih. Mungkin dari kacamata dia, masalah yang kita alami sederhana. Atau mungkin dia lagi punya masalah lain, jadi males bantuin mikir masalah kita. Akhirnya keluar komentar gitu deh. Aku rasa sih opini yang seperti itu nggak perlu masukin ke hati. Karena jadi membebani pikiran sendiri kan? mending energinya kita pakai buat menyelesaikan masalah kita aja. Semangat!
Yup
Padahal terkadang kita sendiri yang kemudian membuat polusi asumsi itu berkembang tanpa batas