A Girl Thoughts - Lifestyle and Beauty Blog by Hanifa Setiatmadji

  • Home
  • Beauty
  • Travel
  • Self Growth
  • Sponsored
  • About Me
  • Recognition
  • CONTACT
Merasa Bahagia dengan Segala Resikonya

Saya termasuk yang sempat memercayai sebuah fenomena, di mana saat kita sedang merasakan kebahagiaan, sesuatu yang buruk akan terjadi keesokan harinya. Sebuah mindset yang saya sesali karena kerap kali terbukti dan malah membuat saya merasa nggak layak berbahagia atas apa yang saya punya atau rasakan. Apalagi kuat rasa percaya saya tentang roda yang terus berputar. Kadang di atas, kadang di bawah.

Then why don't we ride that damn tire and be balance while it's rolling?

Betul, kadang kita merasa kebahagiaan datang hanya untuk sementara. Ditempa perasaan merana sepertinya lebih realistis daripada harus hidup dengan segala selebrasi yang fana. Beside, this life is just dunia tipu-tipu, right? I get it. Seakan realita yang kita rasakan bukanlah apa yang seharusnya kita rasakan.

Merasa Bahagia dengan Segala Resikonya

Kadang saya masih berpikir demikian. Keadaan beberapa kali memaksa saya untuk menahan rasa sakit di saat saya jatuh dan menyimpan rasa gembira ketika saya ingin merayakannya. Saya akan coba gambarkan dengan situasi saya saat ini, di mana saya terpaksa melakukan hal yang dianggap "lumrah" untuk dilakukan.

Saat kontrak kerja saya di-terminate, saya merasa "It's okay, I'm prepared for this" type of mentality. Lalu ketika saya masih belum bekerja kantoran lagi seperti saat ini, mentalitas saya jadi terkesan "Yah, belum dapet kerja. Mending coba ngelamar kerjaan sembarang apa aja deh yang penting kerja walau saya nggak tertarik menjalankannya".

Yah, gitulah kadang. Cuma, beneran nih? Emangnya itu yang beneran dirasain atau beneran harus dilakukan? Hmmm, kayanya nggak deh.

Baca juga: Menyerah Agar Tetap Hidup dan Berjuang

Disclaimer dulu, saya memang perasa dan saya sudah berdamai dengan istilah baper karena memang itu yang mendominasi personality saya. Saat orang lain melihatnya sebagai sebuah kelemahan, saya sudah bisa memanfaatkannya sebagai penanda tentang apa yang sejujurnya ingin saya lakukan. Porsinya pun sudah bisa diseimbangkan dengan pemikiran rasional dan jadi lebih mindful tentang diri saya sendiri.

Ketika saya merasa harus menepis apa yang sebenernya saya rasakan, di saat itu pula saya bisa mendeteksi bahwa saya masih denial. Betul, saya sudah bersiap untuk segala kemungkinan terburuk. Tetapi bukan berarti saya baik-baik saja. Betul, saya sudah di usia dewasa dan harus menabung lebih banyak untuk menyambung hidup. Tetapi bukan berarti saya harus menjauh dari apa yang sebenarnya saya inginkan.

Baca juga: Menelaah Kembali Arti dari Kesuksesan

Ah, saya lelah harus terus berlari memenuhi ekspektasi orang lain yang merasa lebih mengerti tentang apa yang seharusnya saya lakukan. Kayak, "Yaaa kalau kerjaan ilang mah nanti juga bisa dapet lagi." Tapi saat belum dapet? "Udahlaaah kerja seadanya aja yang penting ada pemasukan. Suka atau nggak suka mah urusan terakhir."

Mohon maaf, saya paham betul kalau saya nggak akan bahagia menjalani kehidupan lain di luar pekerjaan kalau harus dipaksa seperti itu. Saya merasa bahagia dengan apa yang sedang diusahakan saat ini. Saya mengerti bagaimana kondisi saya saat ini, jadi nggak ada alasan untuk saya nggak mencoba apa yang sebenarnya saya ingin coba sejak lama. Sekarang dan inilah waktunya.

Saya Berhak Merasa Bahagia

Rasa ragu memang masih menghantui. Nggak bisa dipungkiri kalau rasa percaya diri mengikis dari hari ke hari apabila saya terus menerus melihat ke belakang, terutama ketika dicap sebagai seseorang yang gagal. Apalagi saat saya sudah mengusahakan yang terbaik. Dan saya sadar bahwa inilah yang akan menghambat progres selanjutnya.

Baca juga: I Thought I Knew Better

So, I choose to let go and move forward by taking actions on what make me genuinely happy. People will judge, especially if I live as someone who's not living up their standards. After all, I know how I feel about what I do, better that anyone else. 

I will choose happiness above all possible risks of being judged. I've seen enough of them and I won't invest too much on that kind of energy anymore.
  • 2 Comments

5 Produk Favorit untuk Makeup Sehari-hari

Kalian pernah nggak sih nonton video-video “makeup anti transfer” dengan pembuktian berupa pemakaian masker yang masih bersih? Itu gimana sih caranya? Kok di saya nggak pernah mempan sama sekali. Apa karena saya gampang keringetan yha, jadinya nggak seawet yang dibuktikan video-video tersebut?

Sampe sekarang saya masih berusaha memecah misteri minimnya transfer makeup ke masker. Sejauh ini saya belum pernah coba pake setting spray atau primer makeup yang harganya selangit sih untuk bisa membuktikan makeup yang awet walau pake masker seharian. Tapi mau beli juga mager karena kok kayanya masih sayang duit dan effort buat makeup ndempul niat. 

Padahal seru tuh kalau bisa makeup niat tiap hari, itung-itung buat ngehabisin stok makeup yang udah hampir expired. Heu heu heu.

Baca juga: Merawat Kesehatan Kulit Wajah dengan Dermaface Therapy (DFT) Treatment di NMW Skincare

Pencarian produk yang bisa memberikan ketahanan tersendiri pada makeup masih berlangsung. Walau begitu, saya masih malas kalau harus makeup ndempul kalau misal harus keluar untuk kerja/main. Sebenernya saya sempet nggak pede karena adanya bekas jerawat yang menghitam. Cuma kalau ditutupin terus ya capek banget dandannya.

Di satu sisi, dandan niat tu bikin tambah pede. Tapi di sisi lain, dandanan seniat apapun kok tetep aja geser dan ilang kalau udah pake masker. Malah jadi tambah nggak pede karena hasilnya keliatan nggak merata.

5 Produk Favorit untuk Makeup Sehari-hari

Saya nggak mau memakskan diri untuk makeup-an terlalu ndempul tapi nggak mau keliatan terlalu pucet juga. Tercetuslah keputusan untuk menggunakan produk-produk yang bisa memberikan kesan no makeup tapi tetep terkesan flawless. Berikut 5 produk yang saya gunakan.


1. Skintific 5X Ceramide Barrier Repair Moisture Gel

Sebelum makeup, saya harus memastikan kulit wajah selalu dalam keadaan lembap dan ternutrisi. Salah satu caranya adalah dengan melakukan skin preparation. Moisturizer menjadi salah satu produk yang wajib digunakan. Produk yang saya gunakan adalah 5X Ceramide Barrier Repair Moisture Gel dari Skintific yang mengandung 5X Ceramide yang diklaim mampu memperbaiki skin barrier.

5 Produk Favorit untuk Makeup Sehari-hari
Skintific 5X Ceramide Barrier Repair Moisture Gel

Sebelum penggunaannya, pastikan wajah dalam keadaan bersih agar produk-produk skincare yang digunakan bisa bekerja secara maksimal. Caranya bisa dengan menggunakan face wash atau micellar water. Setelah itu bisa langsung menggunakan moisturizer agar kulit tetap lembap.


2. Skintific 5X Ceramide Serum Sunscreen SPF 50+ PA++++

Setelah moisturizer, saya tutup ritual skincare pagi hari dengan pengaplikasian sunscreen. Ini salah satu bagian yang nggak boleh di-skip karena memasuki usia 30 ini makin banyak permasalahan kulit yang saya alami. Salah satu penyebabnya adalah karena nggak menggunakan sunscreen secara teratur, sehingga muncul masalah seperti noda hitam dan bekas jerawat yang nggak kunjung memudar.

5 Produk Favorit untuk Makeup Sehari-hari
Skintific 5X Ceramide Serum Sunscreen SPF 50+ PA++++

Produk sunscreen yang saya suka banget beberapa waktu belakangan adalah 5X Ceramide Serum Sunscreen dari Skintific yang mengandung SPF 50+ PA++++ dan dilengkapi dengan kandungan lain seperti Ethylhexyl Triazone, Ethylhexyl Methoxycinnamate, Methylene Bis-Benzotriazolyl Tetramethylbutylphenol, dan Bis-Ethylhexyloxyphenol Methoxyphenyl Triazine untuk memberikan perlindungan dari sinar UVA & UVB. Ada juga kandungan yang berfungsi untuk mencerahkan dan memperbaiki lapisan kulit seperti Alpha-Bisabolol. 


3. YOU NoutriWear+ Cushion Foundation

Kalau untuk saat ini, sebenernya saya nggak begitu kerap menggunakan complexion. Tapi di kesempatan tertentu, saya pake cushion foundation sebagai base makeup agar terlihat “niat makeup”. Produk yang saya gunakan saat ini adalah cushion foundation dari YOU yang memiliki kandungan SPF 40 PA+++ dengan tekstur yang ringan dan cocok untuk kulit kering.

5 Produk Favorit untuk Makeup Sehari-hari
YOU NoutriWear+ Cushion Foundation

Selama penggunaan produk ini, saya nggak masalah sama sekali. Hasilnya nggak full coverage seperti klaim-nya, tetapi menurut saya malah cocok banget untuk daily use. Memang nggak bisa ngover bekas jerawat di wajah saya, tetapi malah enak untuk diaplikasikan ulang saat makeup harus di-retouch. Packaging-nya pun cakeup banget jadi seneng buat dipake tiap hari.


4. OMG OH MY GLAM Matte Kiss Lip Cream - Cappuccino (14)

Dari dulu saya selalu prefer warna-warna nude untuk riasan wajah bagian mata maupun bibir. Range shade nude ini bermacam-macam, seperti pink, brown, dan orange-y. Kalau dulu sih saya suka banget dengan range pink. Tetapi 3 tahun belakangan saya lebih nyaman dengan range brown. Itu kenapa saya suka banget dengan warna-warna yang mirip dengan shade Cappucino dari Matte Kiss Lip Cream OMG.

5 Produk Favorit untuk Makeup Sehari-hari
OMG OH MY GLAM Matte Kiss Lip Cream - Cappuccino (14)

Kalau untuk tekstur, produk ini terasa creamy saat diaplikasikan dan cepet banget nge-set di bibir. Hasilnya matte tapi nggak begitu bikin bibir kering. Cuma kalau saya sih better exfoliate dan pake balm dulu supaya hasilnya nggak nge-crack. Ini berlaku untuk lipen apapun yang finish-nya matte.

Oh iya, selain digunakan di bibir, produk ini juga saya gunakan sebagai eyeshadow dan blush. Warnanya bagus dan cocok banget untuk makeup look sehari-hari. Keliatan cakeup tapi effortless karena hanya pake 1 produk aja.


5. Pinkflash OhMyLine Liquid Eyeliner

Nggak bisa ngitung udah berapa kali saya repurchase produk ini saking MURAH dan ENAK BANGET DIPAKENYA. Dah lah itu aja yang bisa saya jelasin tentang produk ini wkwkwk. Canda yha ges yhaaa.

Jadi saya tu memang paling suka dengan produk eyeliner tipe liquid pen. Dulu saya pernah pake yang tip aplikatornya bukan pen, aduh susahnya. Kalau pake yang tip-nya pen ini gampang banget gambarnya. Saya pake istilah “gambar” karena literally berasa kayak bikin goresan kaligrafi yang sleek gitu di mata.

5 Produk Favorit untuk Makeup Sehari-hari
Pinkflash OhMyLine Liquid Eyeliner

Untuk penggunaan jangka panjang, produk ini termasuk awet. Tapi kalau kena air hujan yang intense gitu yha lumayan ilang sih. Solusinya, saya bawa 1 untuk retouch tiap kali ada acara di luar dan kemungkinan kehujanan. Tapi so far, performanya oke banget untuk daily makeup.

Baca juga: First Impression Review Sulwhasoo First Care Activating Serum

Dari 5 produk di atas, ada nggak yang udah pernah kamu coba dan suka juga? Share yuk produk-produk favoritmu untuk makeup sehari-hari di kolom komentar. Thank you for reading and see you in the next post!

  • 25 Comments

Senin sering kali menjadi hari yang paling dibenci banyak orang. Slogan "I Hate Monday" pun kerap menggaung di social media menjelang malam Senin. Entah karena waktu bersantai di kala weekend sudah habis atau karena ada alasan lain, yang jelas hal ini seperti sudah mendarah daging di tubuh banyak orang. 

Namun, untuk aku sendiri, "I Hate Monday" sudah tidak berlaku sejak lama. Mungkin saat aku masih sekolah sih masih terasa banget. Sebel sama hari Senin karena harus upacara atau hal-hal lain. 

3 Mindset Positif untuk Menghadapi Hari Senin


Lalu, apa yang dibutuhkan agar kita tidak lagi mengalami "I Hate Monday" yang sudah terlanjur kronis? Berikut mindset yang harus kita miliki agar tidak ada lagi slogan "I Hate Monday" di hari Senin.

1. Awal Minggu yang Sempurna

Sebagian besar dari kita yang mengalami "I Hate Monday" tidak memiliki mindset bahwa Senin bisa menjadi hari dimana kita bisa memulai sesuatu yang baru. A fresh start can be started on Monday and it's gonna change our mindset about Monday itself. 

Buat target baru setiap minggunya yang bisa membuat kita lebih bersemangat dalam menyambut hari Senin. Contohnya, di minggu ini kita ingin mulai lebih rajin ke gym dan mengonsumsi makan-makanan sehat. 

Baca juga: 5 Langkah Membuat Ruang Kerja di Kamar

Catat target tersebut di sticky note di meja kerja kita agar kita bisa mengingat apa yang sudah kita rencanakan. Hal ini bisa membuat kita lebih semangat untuk memulai hari Senin karena kita sudah tidak sabar ingin menjalankan rencana kita tersebut

2. Great Day to Be More Productive

Senin adalah awal yang sempurna setiap minggunya. Untuk itu, kita akan berusaha untuk lebih produktif di hari Senin. Selain memasang target untuk mencoba hal-hal baru, kita juga bisa memperbaiki kinerja minggu lalu yang kita rasa belum maksimal. 

Apabila minggu lalu kita sering kali hanya mampu menyelesaikan setengah dari pekerjaan kita di kantor dan terpaksa harus membawa sisa pekerjaan untuk dikerjakan di rumah, Senin bisa menjadi awal dimana kita benar-benar mulai untuk fokus menyelesaikan semua pekerjaan kantor pada saat jam kantor. 

Baca juga: Tingkatan Produktifitas dengan 7 Cara Ini!

Sepulang dari kantor, kita harus memberikan hadiah kepada diri kita sendiri yang sudah berhasil menyelesaikan seluruh pekerjaan dan bersantai di rumah tanpa harus memikirkannya lagi. 

Produktif sendiri tidak berarti kita tidak bisa bersantai. Justru yang disebut dengan hari yang produktif adalah saat kita mampu menyelesaikan sesuatu dan merasa tidak terbebani karenanya.

3. Monday is Special Day to Do Special Things

Kalau hari Senin kita hanya biasa berkutat dengan rutinitas yang itu-itu saja, mulai minggu ini kita harus melakukan sesuatu yang spesial di hari Senin. Bisa sesuatu yang terencana atau pun spontan, seperti mengajak sahabat lama kita untuk hangout bareng.

Selain itu, kita bisa mencoba makanan baru di kafe atau restoran yang belum pernah dicoba sebelumnya, atau hal-hal lain yang menurut kita sekiranya bisa menjadi sesuatu yang spesial untuk diri kita. Tidak perlu sesuatu yang terlalu muluk dan mahal, namun sekiranya bisa membuat kita lebih semangat dalam menjalani hari Senin.

Baca juga: Podcast, Teman Ngantor Bareng Selama WFH

Dengan 3 mindset di atas, setidaknya hari Senin bisa menjadi hari yang lebih menyenangkan untuk dijalani. Tidak ada lagi "I Hate Monday" dalam kamus kita. Hari yang baik adalah hari yang dimulai dengan pikiran positif untuk menjadi lebih semangat dan produktif. So, be positive and happy Monday all!

  • 63 Comments

I Thought I Knew Better

Pagi ini saya bertemu dengan salah satu dosen di bangku perkuliahan S1 dulu. Saya nggak begitu dekat dengan beliau saat kuliah, tetapi beliau orang tua dari temen SMA saya. Beliau juga menjabat sebagai kepala jurusan ketika saya masih aktif sebagai mahasiswa. Saya inget banget dapet nilai B+ dan itu termasuk salah satu nilai yang cukup tinggi di kelas. Beliau terkenal sebagai dosen yang cukup pelit nilai dan nggak mudah ngasih A.

Tapi saat bertemu dengannya pagi tadi, beliau berkata, "Aku bangga sama kamu, Hanifa". Dia mengatakannya dengan menepuk pundak saya dan pergi. Saya berhenti sejenak dan menatap punggungnya sambil membatin, "Seandainya ini bukan mimpi".

Baca juga: How Safe is The "Safe" Job?

Ya, itu hanya mimpi. Mimpi yang terasa sangat nyata. Udah lama banget saya nggak denger kata-kata seperti itu dan makin ke sini saya merasa nggak worth untuk dapet validasi tersebut. Saya kira masuk umur 30 tuh bisa bikin saya figure everything out. Nyatanya nggak sama sekali.

Well, probably a thing or two but it definitely doesn't go near everything to be figured out.

Semenjak kehilangan pekerjaan 3 bulan yang lalu, saya merasa kembali lagi ke fase krisis eksistensi. Saya mengalami struggle di area pekerjaan karena perubahan manajemen dan adanya perbedaan sudut pandang mengenai ekspektasi yang sulit banget dicari titik temunya. 

Tekanannya nggak main-main. Saya sempet ngerasa serba salah dan ada ketidaktransparan mengenai ekspektasi yang diberikan ke saya. Di satu sisi, ada pihak yang membantu dan mengapresiasi hasil kerja saya kala itu, tapi ada juga pihak yang merasa saya nggak becus melakukan pekerjaan saya. Berdasarkan data, saya achieve target. Tapi secara ekpektasi manajemen, saya tetap dinilai kurang.

Baca juga: September Ceria, Apakah Akan Terlihat Wujudnya?

Walau saya sudah mengamati tanda-tanda bahwa saya ditekan untuk mundur secara sukarela, saya tetep berusaha keras untuk membuktikan bahwa saya worth untuk di-keep dan menolak resign. Hingga pada akhirnya saya  di-lay off di bulan Agustus. Later that I know, posisi saya ternyata memang nggak dibutuhkan lagi.

I Thought I Knew Better

Saya merupakan salah satu yang beruntung. Di tengah badai lay off yang sedang terjadi saat ini, saya termasuk yang masih bisa melanjutkan hidup dengan layak. Memang saya sudah mempersiapkan sejak sebulan lebih tentang bagaimana saya harus mengatur keuangan dan strategi untuk bekerja kembali. Saya juga masih melanjutkan freelance sebagai blogger dan content creator, serta memiliki berbagai akses dan fasilitas untuk belajar.

Tetapi ada kalanya, saya merasa masih stuck dan bimbang. Saya kira dengan segala persiapan yang sudah dilakukan, saya bisa mengerti lebih baik tentang apa yang perlu saya lakukan selanjutnya. Nggak juga. I just feel... lost. 

Baca juga: 3 Pelajaran Berharga Setelah Sakit Selama 2 Minggu

Saya mencoba kembali menganalisis, kenapa kok perasaan semacam ini muncul lagi. Bukankah seharusnya udah lewat ya masa-masa galau seperti ini? Apalagi saya udah masuk fase umur kepala 3, masak sih kebingungan seperti yang dialami dulu di masa quarter life crisis masih terjadi?

Nggak ada jawaban yang pasti. Pada akhirnya saya cuma bisa menyimpulkan bahwa selama ini saya selalu mengasosiasikan diri saya sebagai apa yang saya punya dan lakukan, seperti pekerjaan, contohnya. Hilangnya pekerjaan tersebut membuat saya bingung, identifikasi personal semacam apa yang tepat untuk saya?

So, What's Next?

Tapi keadaan ini nggak membuat saya menyerah. Emang sering kali saya masih merasa insecure, mengingat kondisi ekonomi global saat ini juga sedang nggak menentu. Tiap buka LinkedIn, selalu ngerasa ketinggalan. Buka media sosial lain pun juga ya ampun... orang-orang kok udah pada sukses sebelum umur 30 gitu rahasianya apaaa?

Baca juga: 5 Cita-cita yang Ingin Saya Wujudkan di Umur 30an

Saya ngerti banget kalau sikap ini tentunya nggak akan mengubah keadaan saya jadi lebih baik. Sebanyak apapun privilege yang saya miliki, tetep aja pemutusan kerja menjadi hal yang berat untuk diterima. Tetapi saya juga berusaha mengingatkan diri untuk terus melangkah maju. 

Mengutip apa yang diyakini Mbak Dita, istri dari Mas Pinotski, tentang "pixel by pixel". Progress, sekecil apapun, adalah progress. Mumpung saya nggak perlu memenuhi ekspektasi orang lain untuk berprogres di luar kemampuan, saya akan manfaatkan momen ini untuk berprogres semaksimal yang saya bisa usahakan.

I probably didn't know better, but at least I understand myself better. Semangat untuk kamu yang mungkin juga sedang ada di posisi ini. We will figure this out.

  • 23 Comments

About me

a

Hello there! I'm Hanifa, a lifestyle and beauty blogger who occasionally talk about blogging and travelling . Click here to find out more about me. For further information and business inquires, email me to ivalativa@gmail.com ✉


Search This Blog

Blog Archive

  • ►  2023 (6)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ▼  2022 (27)
    • ►  December (2)
    • ▼  November (4)
      • Merasa Bahagia dengan Segala Resikonya
      • 5 Produk Favorit untuk Makeup Sehari-hari
      • 3 Mindset Positif untuk Menghadapi Hari Senin
      • I Thought I Knew Better
    • ►  October (4)
    • ►  September (5)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (2)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (22)
    • ►  October (5)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (5)
  • ►  2020 (24)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (5)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2019 (36)
    • ►  December (2)
    • ►  November (5)
    • ►  October (3)
    • ►  September (5)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (2)
    • ►  January (2)
  • ►  2018 (60)
    • ►  December (5)
    • ►  November (5)
    • ►  October (5)
    • ►  September (2)
    • ►  August (3)
    • ►  July (7)
    • ►  June (6)
    • ►  May (5)
    • ►  April (8)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2017 (55)
    • ►  December (5)
    • ►  November (5)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  June (6)
    • ►  May (2)
    • ►  April (6)
    • ►  March (5)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2016 (38)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (2)
    • ►  May (8)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (5)
  • ►  2015 (2)
    • ►  November (1)
    • ►  July (1)
  • ►  2014 (1)
    • ►  November (1)

Follow Me

  • instagram
  • tiktok
  • facebook
  • pinterest
  • twitter
  • youtube

Popular Posts

  • Berniat Membeli Mobil Toyota Kijang Innova Bekas? Berikut 5 Tipsnya!
  • Sering Bepergian Menggunakan Motor? Perhatikan Bagian Ini Saat Service!
  • Review Purbasari Oil Control Matte Powder

Categories

Sponsored (127) Beauty & Fashion (101) Self Growth (50) Food & Travel (40) Event Report (33) Blogging & Social Media (21)

Blogger Communities




Followers

Pageviews

instagram

Template Created By :Blogger Templates | ThemeXpose . All Rights Reserved.

Back to top