A Girl Thoughts - Lifestyle and Beauty Blog by Hanifa Setiatmadji

  • Home
  • Beauty
  • Travel
  • Self Growth
  • Sponsored
  • About Me
  • Recognition
  • CONTACT
Luka fisik lebih sakit daripada luka hati, gitu katanya. Deeeuh yang bener? Menurut saya sih statement begini bisa bener bisa salah, tergantung konteksnya. Luka hati konon lebih “membekas” karena terkait ingatan kita akan sesuatu maupun seseorang. Tapi, luka fisik juga sebenernya nggak kalah parah, kalau nggak segera ditangani. Bisa-bisa jadi infeksi dan malah sembuhnya bisa lama kayak luka hati. Sama-sama bikin perih berkepanjangan.

That’s why, kalau kita mengalami luka, kita harus segera melakukan pertolongan pertama pada luka tersebut. Paling cepet sih menangani luka lecet yang sering terjadi ketika kulit bergesekan dengan permukaan yang kasar, sehingga mengelupas lapisan atas kulit. Meski tergolong luka ringan, tapi luka ini juga memerlukan perawatan. Jangan sampe kita nyepelein luka yang semacam ini.


Kulit terdiri dari bagian teratas, disebut epidermis, dan bagian di bawahnya disebut dermis. Sebagai bagian terluar dan terluas dari tubuh, kulit rentan terkena goresan dan terluka. Pada umumnya, luka lecet terjadi di lapisan epidermis kulit. Luka ini nggak separah luka sayat atau robek yang menyebabkan perdarahan hebat. Tapi, luka lecet yang dalam dapat meninggalkan bekas atau jaringan parut pada kulit.

Luka lecet adalah salah satu dari jenis luka terbuka (open wounds) yang dapat terjadi pada permukaan luar kulit. Jenis-jenis luka lainnya yang dapat terjadi adalah luka sayat, yang umumnya akibat benda tajam seperti pisau cukur atau pecahan kaca. Luka ini menyebabkan pendarahan yang cepat dan banyak. 

Selain itu, ada juga luka robek menyebabkan luka yang dalam pada kulit yang dapat mengakibatkan perdarahan dalam volume banyak. Biasanya juga disebabkan karena benda tajam seperti pisau. Luka tusuk akibat tusukan benda-benda runcing, seperti paku. Meski nggak banyak mengeluarkan darah, tapi luka ini dapat merusak organ dalam tubuh. Ada juga luka mengelupas, yaitu kulit terkelupas sebagian atau seluruhnya karena tembakan ataupun ledakan.

Lantas gimana cara merawat luka tersebut?

Pada tingkatan yang ringan, merawat luka lecet umumnya dapat ditangani sendiri di rumah. Berikut cara yang dapat dilakukan sebagai upaya perawatan luka:
  1. Sebelum membersihkan luka, cuci tangan dengan air dan sabun hingga bersih. Bersihkan luka dari kotoran yang mungkin menempel di bawah air mengalir atau cairan antiseptik hingga bersih. 
  2. Oleskan antibiotik untuk membuat luka tetap lembap sehingga mempercepat penyembuhan, serta mencegah infeksi. Analgesik terkadang diperlukan untuk menangani luka lecet yang terasa sakit dan berukuran besar. Tapi hindari mengonsumsi aspirin karena berisiko memperpanjang waktu perdarahan. 
  3. Sebaiknya hindari menggunakan bahan-bahan pembersih alkohol, yodium, ataupun hidrogen peroksida. 

Jadi, jangan sampe nyepelein luka lagi yhaaa. Keliatannya sepele, tapi kalau dibiarin, bisa-bisa lebih parah. Kalau luka hati, yah, sembuhin dengan melakukan yang bermanfaat aja. Siapa tau jadi lupa kalau pernah disakitin. Kalau inget lagi, yaaah nggak apa-apa. Seiring berjalannya waktu, luka itu pasti akan sembuh juga. Cepat atau lambat...

Ciye gitu.

Malah jadi bahas luka hati juga kan HAHAHA. Intinya, cepet ditanganin aja kalau ada luka. Semoga artikel ini bisa membantu yaaa. See you on the next post!

  • 1 Comments

Pertemanan cowok tuh emang penuh makian, tapi jujur. Nggak kayak cewek yang sukanya muji-muji, ternyata fake

Seketika saya gregetan saat mendengar pernyataan tersebut. Saya pun pernah membaca artikel dengan judul serupa dan langsung memicingkan mata sambil membaca isi artikelnya. Nggak perlu saya kasih tau lah siapa yang nulis. Ternyata, saya pernah secara ((( nggak sengaja ))) satu kantor sama si penulis, yang menurut saya, super seksis ini. Apalagi saat menyadari bahwa saya perempuan dan dikatain punya pertemanan palsu yang penuh pujian. Huwasyeng nggak sih rasanya?

Saya pun sempat menuliskan opini balasan yang saya tujukan untuk tulisan itu dengan judul “Persahabatan Perempuan Penuh Pujian Tapi Palsu, Benarkah?”. Waktu tulisan ini terbit, saya bolak-balik cek kolom komentar di web media online mainstrean yang menerbitkannya. Halah, sama aja ternyata reaksinya. Sama-sama ngejelekin perempuan sebagai makhluk penuh kepalsuan.

Parahnya, yang ngejelekin juga sesama perempuan! EALAAAAH.


Lagi, kasus lain yang serupa tapi tak sama. Serupanya ada di bagian perempuan ngehujat perempuan, padahal yang salah nggak sepenuhnya di pihak perempuannya aja. Masih inget kasus Bu Dendy yang bikin fenomena mandi duit di media sosial beberapa waktu yang lalu? Siapa yang paling bersalah di situ? Kebanyakan orang pasti menghujat si pelakornya DOANG. Pak Dendy? CHILL. Sans ajha sambil liat selingkuhannya disiram duit.

WHAT THE F- BANGET, NGGAK?

Kejadian semacam ini selalu kita temukan, bahkan hampir setiap hari, di berbagai media. Postingan-postingan di media sosial maupun media online mainstream, banyak sekali membahas hal-hal serupa yang sering memojokkan perempuan. Selain perempuan, anak-anak pun sering jadi korban pemberitaan yang disimpangkan.

Kita ambil contoh yang baru-baru aja kemaren terjadi, seperti kasus Bowo Alpenlibe. Siapa yang sebenernya salah di sini? Netizen sih mayoritas nge-bully si Bowo. Dia di-bully karena netizen menganggap dia terlalu berlebihan sampe di-Tuhan-kan fans dan membuat “meat & greet” yang secara kaidah bahasa salah banget. Padahal Bowo hanya seorang anak yang gemar bikin konten di aplikasi Tik-Tok.


Kalau pemberitaan di media udah kayak gini, siapa yang jadi korban? Para perempuan dan anak-anak lah yang kena getahnya. Inilah yang akhirnya menggerakkan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menggandeng blogger serta content creator yang tergabung dalam Komunitas Blogger Jogja untuk membantu “menyadarkan” masyarakat agar lebih peka dengan pemberitaan sensitif gender dan anak.

Bertempat di Hotel Grand Keisha (9-10/07/2018), saya dan temen-temen blogger Jogja mengikuti pelatihan Jurnalisme Sensitif Gender yang diselenggarakan oleh forum komunikasi KPPPA. Agenda pelatihan selama 2 hari itu diisi dengan materi dari dr. Arida Oetami, M.Kes, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) DIY dan workshop bersama Mas Budhi Hermanto, konsultasn dan researcher Masyarakat Peduli Media.

Permasalahan gender di D.I. Yogyakarta

Selama ini, permasalahan gender jadi isu yang nggak abis-abis untuk diulik. Dipojokkannya perempuan, misal dalam kasus lebih kecilnya gaji perempuan dibanding laki-laki, hanya sebagian kecil dari masalah gender yang ada di masyarakat Indonesia, khususnya D.I. Yogyakarta. dr. Arida Oetami selaku kepala BPPM DIY pun menjelaskan masalah terkait dengan menyuguhkan berbagai data statistik, yang buat saya pribadi, cukup mengiris hati.

Pembedaan gender di masyarakat mengakibatkan berbagai kesenjangan dan kenggakadilan gender. Beberapa di antaranya seperti berikut ini:
  1. Marginalisasi (peminggiran), seperti masalah perempuan yang digaji rendah atau nggak mendapatkan tunjangan anak.
  2. Subordinasi (penomorduaan), seperti asumsi bahwa perempuan nggak layak menjadi pimpinan perusahaan karena dianggap lebih emosional & irasional.
  3. Stereoripe (pelebelan), seperti anggapan bahwa perempuan yang diperkosa adalah perempuan yang nakal & nggak beradap.
  4. Kekerasan, baik fisik maupun psikis.
  5. Beban ganda, seperti melakukan pekerjaan rumah tangga dan bekerja di luar.

Beberapa masalah gender dan anak di DIY

Di DIY sendiri, permasalahan gender yang terjadi juga sangat beragam. Beberapa kasus dan isu terkait gender tersebut di antaranya:
  1. Kekerasan terhadap perempuan dan anak yang lebih banyak terjadi di dalam rumah tangga. Secara nggak sadar, kekerasan terhadap perempuan dan anak malah lebih banyak dilakukan oleh orang-orang terdekat, yaitu di lingkungan keluarga. Eh, memaksa anak untuk menjadi yang nggak diinginkannya, itu juga termasuk tindak kekerasan secara pskis, lho.
  2. Tingginya angka perceraian dan dispensasi nikah. Saya ingat salah satu teman yang berbagi pengalamannya saat mengajukan cerai. NGANTRI COY. Cerai aja ngantriii, astaga. Surat cerai udah macem sembako. Dispensasi nikah pun cukup banyak dan biasa terjadi karena kehamilan yang nggak diinginkan di kalangan remaja. Miris banget...
  3. Banyaknya lansia perempuan yang terlantar. Kalau punya anggota keluarga yang sudah lansia, lebih baik diajak tinggal bareng. Kalau kita mengurus beliau secara ikhlas, InsyaAllah juga jadi ladang amal. Selain itu, ntuk kamu yang punya tetangga lansia, lebih sering dijengukin yah. 
  4. Jumlah perempuan di ranah politik dan pemerintahan DIY yang masih sedikit. Ini yang sering menyebabkan kebijakan politik jadi nggak ramah perempuan.
  5. Banyaknya pengguna narkoba di DIY, terutama di kalangan pelajar dan mahasiswa. Selain itu, banyaknya kasus putus sekolah juga jadi masalah di kalangan remaja.

Lebih peka dengan pemberitaan sensitif gender

Jumlah “korban” dari kasus-kasus tersebut bisa kita kurangi, kalau kita sadar dan peka. Temen-temen blogger dan content creator pun punya andil besar dalam proses menyadarkan dan mengasah kepekaan masyarakat mengenai bahasan sensitif gender ini. Beruntung, Mas Budhi Hermanto berbagai ilmu kepada saya dan temen-temen blogger yang juga penggiat media sosial mengenai bahasan ini, terutama di ranah jurnalistik.

Belajar jurnalistik sensitif gender bersama Mas Budhi Hermanto

Belajar jurnalistik sensitif gender

Pada sesi ini, Mas Budhi sharing beberapa kasus terkait permasalahan gender yang sering diberitakan media. Menurut Mas Budhi, blogger sebagai penggiat media sosial dan jurnalis independen, punya anbil besar untuk mengubah mindset masyarakat yang sudah kadung terbentuk  karena pemberitaan-pemberitaan yang menyimpang mengenai perempuan dan anak.

Untuk itu, Mas Budhi sudah menyiapkan 5 kasus berbeda yang diberitakan pada 5 artikel berbeda pula. Artikel-artikel ini diberikan kepada para blogger yang terbagi dalam 5 kelompok berbeda. Kami diminta untuk mengritisi dengan mengoreksi dan menulis ulang artikel tersebut supaya nggak menyimpang dari kaidah jurnalistik dan tetap menghargai perempuan dan anak di dalam pemberitaan tersebut.

Mas Budhi mengoreksi artikel "menyimpang" yang diberikan kepada kelompok kami

Dari sesi ini, ada beberapa pelajaran yang saya ambil:
  1. Berita sebaiknya nggak disertai pendapat pribadi wartawan
  2. Penyimpulan secara umum seharusnya dengan bukti yang relevan. Jangan Cuma katanya-katanya.
  3. Berita nggak perlu disertai penyebutan kata sifat terhadap korban.
  4. Isi berita seharusnya nggak menyalahkan korban karena perilakunya. Udah jadi korban secara fisik, malah jadi korban lagi secara psikis melalui pemberitaan yang memojokkannya.
  5. Narasumber jangan berasal dari pelaku.
  6. JANGAN menceritakan detail peristiwa kekerasan seksual. Yha kan jadi ngebayangin dong pembacanya.

Membuat konten sensitif gender

Di sesi ini, setiap kelompok diberikan tugas untuk membuat suatu advertorial yang berkaitan dengan isu sensitif gender. Advertorial ini bisa berupa teks, foto, maupun video, yang isinya tentang isu/permasalahan gender. Kelompok saya bikin konten foto yang isinya kurang lebih tentang peran perempuan yang bisa bersikap layaknya lelaki dan lelaki yang bisa mengerjakan hal-hal yang biasa dilakukan perempuan.

Hasil karya kelompok kami. Ada admin ICJ (Info Cegatan Jogja) yang lagi nyiram tanaman... 
pake detergen. Stress, lur!

Dari pelatihan jurnalistik sensitif gender ini, saya mendapatkan banyak banget pencerahan seputar permasalahan gender. Masalah kesetaraan gender bukan berarti perempuan harus balas dendam kepada laki-laki agar merasakan hal yang perempuan dan anak-anak alami. Kesetaraan gender ini adalah PR semua orang, agar laki-laki dan perempuan bisa hidup berdampingan secara harmonis, tanpa mendiskriminasi satu sama lain.

Nah, kalau dari pengalamanmu sendiri, permasalahan gender seperti apa yang pernah kamu atau orang-orang di lingkunganmu alami? Share di kolom komentar yak!

  • 6 Comments
As a plus-size woman, I know for sure that being on diet is suck, sometime. Apalagi saya punya kecenderungan untuk stress-eating saat sedang berada di titik terendah dan nggak mood ngapa-ngapain. Itu kenapa, hal pertama yang harus saya ubah saat pengen hidup lebih sehat adalah mindset. Tanpa mindset positif yang lebih santai, saya pasti bakal ngerasa stress lebih cepet. Baru deh dari situ saya bisa mulai pelan-pelan beranjak ke step berikutnya, yaitu memperbaiki pola makan dan lebih rutin olahraga.

Saya sendiri sudah dikasih PR untuk segera menurunkan berat badan oleh dokter. Tapi mikirin “diet” itu sendiri udah bikin stress buat saya. HAHAHA. Jadi, instead of diet, saya lebih memilih menggunakan term “pola makan sehat”. Mungkin untuk orang lain, istilah ini sama aja. Tapi buat saya, “diet” hanya terfokus pada berat badan saja. Saat udah sampe di berat badan yang dipengen, diet akan cenderung saya tinggalkan. Sedangkan “pola makan sehat” adalah life-time achievement yang berkelanjutan dan berprogres.


Selain berusaha menjalankan pola makan sehat, saya juga mengimbanginya dengan olahraga. Banyak yang menyarankan saya untuk nge-gym, ikut kelas-kelas yoga, muay thai, dan lain-lain. Saya pribadi agak nggak nyaman dengan olahraga selain senam. Mending senam aja deh daripada nggak olahraga sama sekali.

Walau begitu, untuk kamu yang bener-bener fokus pengen diet untuk menurunkan berat badan, yang terpenting bukanlah olahraga, tetapi perhatikan asupan makanan. Olahraga hanya memberi porsi keberhasilan diet sebesar 20 persen saja, sementara selebihnya ditentukan oleh apa yang kita makan. Untuk diet, wanita hanya memerlukan 1.500 kalori, sementara pria 2.000 kalori. Bagi penderita diabetes bahkan hanya membutuhkan jumlah makanan berkalori tinggi yang lebih sedikit, sekitar 500-800 kalori saja. 

Supaya nggak mudah lapar, kamu bisa mengonsumsi protein sebagai sumber kalori untuk makanan diet. Protein lebih mengenyangkan dan lebih rendah kalori dibandingkan dengan karbohidrat, mengandung nutrisi yang dibutuhkan tubuh, juga mempercepat proses metabolisme. Sumber protein untuk diet bisa dari sumber protein hewani maupun nabati. 

Diet nggak berarti lapar

Saat ini diet sudah bukan hal yang berkaitan dengan rasa lapar lagi. Kamu hanya perlu mengganti jenis makanan yang biasa kamu makan. Kalau kamu biasanya tinggi karbohidrat dan lemak, coba pelan-pelan beralih ke makanan yang lebih sehat, seperti protein dan serat. Pada awalnya memang sulit, namun setelah otak dan tubuh kamu terbiasa, maka semuanya akan menjadi lebih mudah. 

Kita ambil contoh 1.500 kalori untuk makanan diet. Dalam sehari kamu 3 kali makan besar dan 3 kali makan ringan. Kita kalkulasikan 1.500 dibagi 3, diperoleh 500 kalori untuk sekali makan. Tetapi, jangan lupakan camilan. Maka porsi 500 kalori sekali makan harus dikurangi lagi untuk porsi camilan. Anggap saja kamu perlu 350 kalori untuk sekali makan besar dan 150 kalori untuk makan selingan. 

Gimana cara mengatur makanan berkalori 350?

Kira-kira gimana cara mengatur menu makanan dan  jumlah kalori untuk diet 350 kalori? Kamu bisa makan 5 sendok nasi, 1 telur, dan 2 tempe goreng. Apabila masih lapar, kamu bisa mengonsumsi sayur-sayuran yang rendah kalori. Untuk camilan, kamu bisa mencari buah labu kuning atau bentuk makanan lain yang kalorinya nggak lebih dari 150 kalori, seperti segelas yoghurt murni atau smoothy strawberry dan coklat, jus timun atau alpukat. Jangan lupa, kamu juga harus memperbanyak minum air putih. Air sangat dibutuhkan saat program diet untuk menjaga supaya tubuh nggak mengalami dehidrasi. 


Ribet ya? EMBYEEEEER. Pelan-pelan aja pokoknya. Mulai dari ngurangin nasi dan perbanyak sayur, misalnya. Saya sendiri mulai lebih banyak konsumsi jus buah-buahan aja, terutama di pagi hari dan di jam-jam lapar. Mungkin semacem diet kenyang-nya Dewi Hughes gitulah yang saya cocok dan suka.

After all, diet is all about trial and error. Nggak semua diet cocok sama selera dan kebutuhan tubuh kita. Jadi, kalau misal nggak cucok, yaudah coba yang lain lagi. Paling aman sih emang minta bantuan ahli gizi supaya ada guidance yang pasti dan terkontrol. Daaan yang paling penting, jangan terlalu terfokus sama berat badan. Fokus sama hidup sehat! Karena yang punya berat badan ideal pun diam-diam gula darah, tensi, dan kolestrolnya juga tinggi.

Semangat hidup lebih sehat yuuuk! See you on the next post!

  • 6 Comments
Kalau ada pertanyaan kenapa kita harus memakai deodoran, maka jawaban yang paling sederhana adalah karena ketika kita menghasilkan produksi keringat, sehingga menimbulkan bau yang nggak sedap. Nah, untuk menghilangkan bau ini, kita perlu menggunakan deodoran. 

Kalau sebagian besar berpikir bahwa bau nggak sedap ini dihasilkan sepenuhnya oleh keringat, maka ini nggak bener. Bau ini berasal dari bakteri yang menyerap pada keringat yang kemudian mengisi kelenjar apokrin pada ketiak. Sebagai langkah dalam menghalangi bakteri ini, maka kita harus menggunakan deodoran roll on pemutih.

Selain itu, aktivitas padat juga bisa mempengaruhi permasalahan bau ini. Salah satu aktivitas ini adalah olahraga. Olahraga bisa meningkatkan tingkat produksi keringatr, sehingga secara otomatis bakteri yang melekat akan semakin banyak. Oleh sebab itu, terkadang yang punya aktivitas olahraga identik dengan bau yang nggak sedap, dan umumnya mereka membutuhkan deodoran roll on pemutih supaya tetap nyaman tanpa bau yang menyengat di depan banyak orang. 


Salah satu produk  deodoran yang jadi andalan saya adalah deodoran roll on dari Nivea. Antiperspiran pada produk ini sangat kuat, sehingga bisa menjaga kelembapan dan bau. Perlindungan terhadap ketiak yang bau bener-bener diperhatiin oleh Nivea. Kalau udah pakai deodoran dari Nivea ini, saya suka lupa pakai parfum karena aromanya udah bisa nge-cover bau badan secara menyeluruh. 

Menurut saya, deodoran ini emang wangi dan nyaman banget setelah digunakan. Selain itu, hal yang paling saya notice adalah berkurangnya bekas putih area ketiak di baju-baju yang saya kenakan. Ketagihan dan langganan pakai deodoran ini deh jadinya. Karena emang banyak hal yang perlu kita perhatiin untuk menjaga ketiak agar lebih tetap nyaman.

Cara pemakaiannya pun mudah banget. Cukup oleskan deodoran nivea pada ketiak kita, maka masalah sudah bisa di atasi. Bagi kita yang tertarik menggunakan produk ini, maka kita bisa mulai membelinya di berbagai gerai kecantikan atau toko-toko serba ada lainnya. Harga yang di tawarkan pun bervariasi tergantung jenis deodoran yang mana yang akan kita pilih. Segera nikmati sensasi aroma harum dengan Nivea deodoran.

Selain penggunaan yang praktis, kemasan yang mudah dibawa, aroma khas yang wangi serta ketahanan dalam menjaga performa menjadi nilai plus tersendiri bagi produk deodoran ini. Kita sama sekali nggak akan dibikin bingung dengan aktivitas yang padat. Itu kenapa saya selalu siap sedia di dalem tas kalau emang lagi harus beraktivitas di luar dari pagi sampe malem.

For you, busy people, this deodorant can be the right choice as your everyday and daily used product!

  • 2 Comments
Permasalahan kulit wajah sering banget bikin kita bete, terutama masalah jerawat. Entah itu kulit berminyak, kering, normal, atau kombinasi, pasti pernah mengalami permasalahan ini. Saya sendiri sebulan ini sempat mengalami masalah jerawat yang timbul tenggelam di wajah. Ada satu muncul lalu kempes, muncul jerawat di area lain. Entah karena konsumsi makanan saya kurang baik atau murni pengaruh hormonal, yang pasti masalah ini selalu bikin saya bete. 

Munculnya jerawat sendiri bisa disebabkan oleh berbagai hal. Bisa jadi karena perubahan hormon maupun konsumsi gizi yang nggak seimbang, seperti terlalu sering mengonsumsi makanana berminyak dan gula tinggi. Jerawat pun lebih sering dialami oleh perempuan karena kadar hormonal yang lebih tinggi dibanding laki-laki. 

Belum lagi efek dari pemakaian kosmetik setiap hari.  Jerawat  bisa juga timbul karena efek samping kosmetik, khususnya buat kamu yang jarang membersihkan makeup setiap malam sampe tuntas. Nah udah, jangan heran deh kalau wajah jadi timbul jerawat nakal yang susah banget diilanginnya. Selain itu, jerawat juga bisa disebabkan oleh stress, rokot, obat-obatan, maupun iritasi.


Walau memang perempuan lebih rentan mengalami masalah jerawat, bukan berarti para pria bisa mengabaikannya gitu aja. Kamu para cowok pun bisa mengalaminya. Nah, misal udah tau sebab dari munculnya jerawat, maka kamu juga harus tahu cara mengatasi dan cara yang tepat agar jerawat nggak semakin parah. Apa aja tuh caranya?

1. Menjaga kulit wajah agar tetap bersih

Setelah beraktifitas di luar ruangan, pastikan untuk mencuci wajah hingga bersih karena pastinya ada banyak sekali polusi, debu dan juga kotoran lainnya yang menempel di wajah. Kotoran-kotoran inilah yang berperan aktif dalam menimbulkan jerawat.

Nah, sebelum memilih produk pembersih dan perawatan wajah, kenali dulu jenis kulit wajah kita supaya nggak salah pilih produk pembersih wajah. Untuk merawat agar kulit wajah berminyak tetap bersih, kita bias menggunakan Nivea Men Acne Control Brightening Mud Scrub. Gunakan setiap hari khususnya setelah beraktifitas diluar dan sebelum tidur.

2. Jangan sekali-kali main pencet jerawat! 

Aduh, susah bener nih. Rasanya gateeeel banget kalau ada jerawat tapi nggak diapa-apain. Pasti suka iseng mencet-mecetin, deh. Tapi memang jerawat yang dipencet biasanya akan membuat jerawat lain muncul. Hal ini bisa disebabkan oleh infeksi dan kuman akan menyebar area lainnya. Mungkin itu kenapa saya ngalamin jerawat yang timbul tenggelam

3. Biarkan saja jerawat bertahan hingga pecah

Daripada “nguwik-uwik” jerawat, lebih baik kita biarkan hingga pecah dengan sendirinya. Yah hampir mirip dengan poin nomor 2, tujuannya agar tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan meminimalisir bekas jerawat. Pastikan juga untuk menjaga jerawat agar tetap lembab, untuk itu sebaiknya gunakan pelemban dari Nivea Men.

Seluruh usaha merawat dan menjaga wajah sudah dilakukan, jangan sampe lupa untuk menjaga keseimbangan gizi dari makanan-makanan yang kita konsumsi. Agar kulit wajah tetap sehat, sebaiknya hindari makanan yang mengandung minyak karena hal ini bisa meningkatkan produksi minyak yang mengakibatkan jerawat muncul di kulit wajah. So, let’s take care of our healthy skin, shall we? 
  • 2 Comments
Dulu sepulang sekolah pada ngapain nih? Main ke Mall? Pergi ke warteg lalu pesen es teh sambil nongkrong bareng temen-temen selama berjam-jam? Atau mungkin kayak saya, langsung cabut ke tempat les dan siap “belajar” lagi? Masa-masa sekolah yang kayak gini nih yang kadang bikin saya kangen. Walau sebenernya yang saya kangenin temen-temennya sih. Belajarnya nggak begitu kangen. Capek cuuuy!

Yah mau gimana, belajar emang capek kalo nggak dibawa happy. Tapi sejatinya belajar sendiri juga baik untuk kita lakukan karena ilmu apapun bisa jadi hal yang sangat penting dalam meningkatkan kompetensi seseorang. Salah satunya adalah pengetahuan akan bahasa asing. Ada beragam bahasa asing yang dapat kita pelajari dan salah satu yang paling utama adalah Bahasa Inggris.


Bahasa Inggris, untuk aku pribadi, terasa sangat penting untuk dipelajari karena merupakan salah satu Bahasa Internasional. Kalau dipikir-pikir lagi, Bahasa Inggris tuh deket baaanget sama kehidupan kita. Mau pakai gadget, manualnya pakai Bahasa Inggris. Main game, petunjuknya pakai Bahasa Inggris. Nonton drama Korea, subtitle-nya pakai Bahasa Inggris. Deket banget kan?

Nah, karena merupakan bahasa Internasional, maka Bahasa Inggris kerap digunakan di berbagai negara bahkan hingga ke seluruh dunia. Saking pentingnya, nggak heran kalau banyak orang berusaha ngambil kelas Bahasa Inggris profesional pemula supaya bisa meningkatkan kompetensi Bahasa Inggris-nya. 

Namun, kapankah waktu terbaik untuk mengikuti les Bahasa Inggris?

Mulai sejak kecil

Salah satu waktu terbaik untuk mengikuti les Bahasa Inggris yakni sejak masih kecil atau masih berusia belia. Anak-anak umumnya lebih mudah menguasai suatu bahasa yang baru dibandingkan orang dewasa. Hal ini disebabkan karena otak anak-anak cenderung masih segar dan bisa lebih mudah mencerna berbagai ilmu pengetahuan yang diajarkannya. Sehingga, sangat tepat jika anak-anak yang masih belia mulai diajarkan Bahasa Inggris untuk membantunya menguasai lebih lanjut ketika mulai beranjak dewasa. 

Ini juga salah satu alasan ibu saya mendaftarkan saya untuk ikut les Bahasa Inggris sejak SMP. Awalnya saya nggak suka sih. Udah seharian capek di sekolah, masih disuruh les juga. Pengennya pulang dan main aja gitu di rumah. Tapi setelah dijalani, lebih banyak untungnya sih daripada buntungnya. Emang beneran terbantu banget saat pelajaran Bahasa Inggris di sekolah dulu.


Saat sudah dewasa seperti sekarang, saya juga merasa bersyukur karena nurutin saran ibu saya untuk les Bahasa Inggris. Alhamdulillah, berkat les dan juga latihan sendiri, saya bisa berkomunikasi lebih lancar menggunakan Bahasa Inggris. Pada beberapa kesempatan, saya juga sempat mengambil job terjemahan, baik tulis maupun lisan. Nggak rugi sama sekali pokoknya.

Buat yang udah punya anak, bisa nih mulai mempelajari Bahasa Inggris secara rutin saat usia balita. Selain itu, jangan lupa ajak untuk anak untuk berinteraksi dalam bahasa Inggris agar lebih mudah menyerap ilmu yang diajarkan kepadanya. Apa gunanya udah belajar tapi nggak digunakan di kehidupan sehari-hari? Penguasaan sebuah bahasa juga bergantung pada kebiasaan kita dalam menggunakannya. Jadi, mulai praktikan pelan-pelan aja.

Menjelang tes

Saat-saat menjelang tes merupakan saat yang tepat untuk mengikuti les Bahasa Inggris. Karena, sebelum, kita pasti pengen melakukan persiapan agar bisa mendapatkan nilai yang terbaik bukan? Begitu pula halnya ketika kita akan melakukan tes kemampuan Bahasa Inggris seperti TOEFL atau IELTS, tentu diperlukan persiapan yang matang dengan mengikuti les Bahasa Inggris. 

Oleh karena itu, pastikan kita memilih tempat les Bahasa Inggris terbaik agar bisa mendapatkan hasil tes yang terbaik seperti English First Adults misalnya. Kunjungi link berikut ini dan dapatkan beragam informasi seputar tempat les bahasa inggris terbaik untuk kita ikuti.


After all, menguasai Bahasa Inggris akan jadi kompetensi dasar yang perlu kita punya. Apalagi di era MEA ini, seluruh area profesional membutuhkan orang-orang yang mampu berbahasa Inggris. Kalau belum fasih, nggak ada salahnya untuk mulai dari sekarang. Next time, mungkin saya bakal sharing tips belajar Bahasa Inggris yang nggak teoritis banget dan lebih praktis. Nggak tau kapan, tapi rencananya sih begitu. HAHAHA.

Well then, see you on the next post!

  • 20 Comments
I broke up with him

I was stoned for a while. Not because of marijuana, but after a friend in Thailand told me that exact statement. I know she had been in a relationship with his boyfriend, who's now an ex, for about 7 years with 2 years of long distance relationship in between. They already planned to get married as soon as my friend going back from Thailand. But, no, it doesn't happen. They broke up.

Why did they break up? The cheating game, played by her boyfriend. While my friend in Thailand, she was okay with everything. Nothing was wrong with their relationship, she thought. But then she realized that her boyfriend hid his affair so well. While she was in Thailand, he had been trying to be on some online dating apps. I can see how devastated it is for her. That's why when she rambled about it on social media, I didn't stop her. As a friend, I will just let her throw all those emotional thoughts she has. I thought, maybe that will make her feeling a little relieve or something.


To be honest, this 7 years relationship story with long distance relationship in between that end up with "tragic" break up is not the first story I got. A couple of weeks ago, I knew this guy who I met in social media, and he told me the exact same story. He had been in 7 years long distance relationship with his ex. When they were about to get married, the girl broke it up because she confessed to him that she was cheating on him.

When I asked him how was his feeling at that time, he said that he was about to commit a suicidal trial. But then he told me that he was cheating on his ex girlfriend before. His cheating game was actually the next level of cheating because it involved something physical... and it was more than just a kiss. And it wasn't just with 1 girl only. Yikes.

Also read: 5 Rules To Stick With After Breaking Up

I judged him, yes. I thought, well, that's your karma. You played with fire, now you're burnt by the fire you played. I put aside his feeling and blame him for what he got. I don't care about how awful it was for him because, well, he cheated first. But then I realized, people can change. Maybe he asked her to marry him because he knew for sure that she's the one. Although, at the end, it's not her. Or it can be her, but not now.

This kind of struggle in relationship can drive us crazy, sometime. Me and my boyfriend has been through the similar phase and we are far from the term of "perfect couple". For me, especially, I think I'm the one who love creating drama between us. But so far, we overcome those struggles pretty well. Tough it's never easy, of course.


The key is honesty. I hide nothing from him and so does he. People somehow questioning how we can be open toward one another. That's just who we are. We have this urgency of tell things now or never. So, yes, we choose to be open and honest. And this method we choose will make us far from that kind of smooth sailing relationship.

Also read: What's The Deal in Relationship?

Some people might do the different thing. They hide some "things" to make relationship seems "fine" when actually IT IS NOT. I was there before. I hid the fact that I did something wrong to my partner. But I'm not a good liar or maybe I couldn't lie good enough to actually hid it. So there it was, the truth. The truth will be revealed, sooner or later. It just the matter of time. We can hide it for a while, perhaps. But for what I can tell, we can't hold it any longer when our heart feels disturbed by the fact that we hide something.


For me, there's no room for smooth sailing relationship. It's biased. There will be obstacles in front of us. No matter how we try to avoid it, there will always be things to fight about with our partner. The thing is, how we overcome those obstacles. Communication is the key. When we feel disconnect, that's when we need to make time for re-connecting again.

Also read: 7 Ways to Create Happiness

After all, it won't always be love, love, and love. When we're married, it much more like the companionship that matters. We may not feel as passionate as before to our partner. But when we do want the relationship to stay like how it is, we can change the form of love from passionate to caring. Caring that one can't live without another. And I learn this from my parents' marriage.

All those thoughts about relationship, it's all up to us. We can choose to be open and honest about it then fight for it, or we can hide and avoid the obstacles then feel tortured because of it. Smooth sailing relationship might be a myth. But, standing for one another in a relationship can be something worth fighting for.
  • 9 Comments

About me

a

Hello there! I'm Hanifa, a lifestyle and beauty blogger who occasionally talk about blogging and travelling . Click here to find out more about me. For further information and business inquires, email me to ivalativa@gmail.com ✉


Search This Blog

Blog Archive

  • ►  2023 (6)
    • ►  May (1)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2022 (27)
    • ►  December (2)
    • ►  November (4)
    • ►  October (4)
    • ►  September (5)
    • ►  August (2)
    • ►  July (2)
    • ►  June (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (2)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2021 (22)
    • ►  October (5)
    • ►  September (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  April (2)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (5)
  • ►  2020 (24)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  April (2)
    • ►  March (5)
    • ►  February (1)
    • ►  January (3)
  • ►  2019 (36)
    • ►  December (2)
    • ►  November (5)
    • ►  October (3)
    • ►  September (5)
    • ►  August (1)
    • ►  July (3)
    • ►  June (4)
    • ►  May (3)
    • ►  April (6)
    • ►  March (2)
    • ►  January (2)
  • ▼  2018 (60)
    • ►  December (5)
    • ►  November (5)
    • ►  October (5)
    • ►  September (2)
    • ►  August (3)
    • ▼  July (7)
      • 3 Cara Menyembuhkan Luka Luar dengan Cepat
      • Peka Masalah Kesetaraan Gender di Indonesia Melalu...
      • Cara Menghitung Kalori untuk Diet Tanpa Ribet
      • Deodoran Roll On Pemutih: Bebas Bau Badan dan Ngga...
      • 3 Cara Atasi Jerawat Pada Kulit Wajah Pria dengan ...
      • Kapan Waktu Terbaik untuk Les Bahasa Inggris?
      • The Idea of Smooth Sailing Relationship
    • ►  June (6)
    • ►  May (5)
    • ►  April (8)
    • ►  March (5)
    • ►  February (4)
    • ►  January (5)
  • ►  2017 (55)
    • ►  December (5)
    • ►  November (5)
    • ►  October (5)
    • ►  September (6)
    • ►  August (9)
    • ►  June (6)
    • ►  May (2)
    • ►  April (6)
    • ►  March (5)
    • ►  February (3)
    • ►  January (3)
  • ►  2016 (38)
    • ►  December (4)
    • ►  November (1)
    • ►  October (3)
    • ►  September (4)
    • ►  July (4)
    • ►  June (2)
    • ►  May (8)
    • ►  April (4)
    • ►  March (3)
    • ►  February (5)
  • ►  2015 (2)
    • ►  November (1)
    • ►  July (1)
  • ►  2014 (1)
    • ►  November (1)

Follow Me

  • instagram
  • tiktok
  • facebook
  • pinterest
  • twitter
  • youtube

Popular Posts

  • Berniat Membeli Mobil Toyota Kijang Innova Bekas? Berikut 5 Tipsnya!
  • Sering Bepergian Menggunakan Motor? Perhatikan Bagian Ini Saat Service!
  • Review Purbasari Oil Control Matte Powder

Categories

Sponsored (127) Beauty & Fashion (101) Self Growth (50) Food & Travel (40) Event Report (33) Blogging & Social Media (21)

Blogger Communities




Followers

Pageviews

instagram

Template Created By :Blogger Templates | ThemeXpose . All Rights Reserved.

Back to top